Sabtu, 02 September 2017

Berhala yang telah dicuri

Beberapa orang yang berkepentingan merasa bahwa Berhala mereka telah dicuri, tanah dan kekayaan alam sudah tidak lagi menjadi milik mereka... Sementara di pihak yang berseberangan justru tertawa karena berhala mereka telah kembali dan menjadi milik sah secara de facto dan de jure lengkap dengan segala asal muasal dan bukti yang tertulis dari kitab terdahulu...
Sengketa Berhala antara Kepulauan Riau dan Jambi telah berakhir, semua sistem kembali normal, yang sudah menjadi hak akan kembali kepada pemiliknya dan secara nyata akan muncul tanggung jawab untuk menjaganya... Yang tidak mendapatkan sesuai harapan, legowo ya, kalau punya bukti lanjutan ajukan banding saja... Tetapi dalam blog ini, aku tidak akan mengupas apapun tentang sejarah Berhala namun hanya sebatas eksplore dari sisi wisata lokal saja..
Beberapa waktu yang lalu, moment libur yang hanya sekejap mata bersama para gerombolan yang mengatasnamakan Geng Lebos merencanakan ritual yg sudah lama tidak pernah dilakukan, ngebolang...!!!
Setelah merayakan kemerdekaan Indonesia, Geng Lebos (sebut saja kami demikian) akhirnya melakukan pelampiasan hasrat perjalanan yang tak kunjung kesampean dari zaman Gajah Mada belum sempat mengucap sumpah setianya (karena sudah sekian abad wacana wisata tak kunjung terlaksana 😂😂😂). Hingga akhirnya, 18 Agustus 2017 sehari setelah proklamasi 72 tahun silam, kami mendarat di sebuah Pulau yang mistis penuh drama dari cinta hingga politik kepemilikan harta, tahta, dan pria... Pulau ini diberi nama Pulau Berhala yang secara administratif, Pulau Berhala berada di Provinsi Kepulauan Riau.
Pendaratan di Pulau Berhala dilalui dengan rute darat dan laut. Rute darat biasanya berkisar dua jam perjalanan. Namun saat kami tempuh mulai start jam delapan pagi dari Kota Jambi menuju Pasar Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Hal yang perlu diingat adalah kalau anda-anda ingin ke sebuah destinasi wisata pada saat hari libur tertentu, pastikan disana apakah ada acara adat atau ritual tahunan yang bisa anda masukkan dalam itinerary agar jadwal tidak terganggu seperti yang kami alami. Kami hanya terjebak macetnya saja saat ada perayaan kemerdekaan di perjalan menuju Nipah Panjang, dan harus putar arah dengan rute yang lebih jauh, padahal acara perayaan tujuh belasan disana mungkin menarik untuk dilihat barang beberapa saat.
Well, sampai di Pasar Nipah Panjang, kami hanya makan cemilan seadanya mengingat harus mengantri untuk mendapatkan tiket kapal speedboat yang akan membawa kami melintasi Selat Berhala. Perjalanan dengan speedboat hanya menguras waktu satu jam saja.
Sampailah kami di bibir pantai Pulau Berhala dalam cuaca cerah yang menggoda. Kami masih harus melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki tapi hanya beberapa ratus meter menuju penginapan. Di Pulau Berhala sudah disediakan penginapan dengan harga yang cukup murah apabila sharecost dengan teman-teman, karena kondisi rumah penginapan cukup besar yang terdiri dari dua kamar, ruang tamu, dan kamar mandi. Untuk bersepuluh pun bisa masuk tidur di semua ruang yang ada (kalau lebih manusianya masih bisa tidur di WC).
Mengingat hari semakin senja, setelah merapikan ransel dan perlengkapan yang ada, kami langsung mencari laut, berenang sepuasnya, berpoto, selfie, dan bertarung dengan sengatan matahari. Aku tidak ikut Geng Lebos yang asyik mandi puas di pantai layaknya pribumi padang pasir gersang yang baru ketemu air, aku lebih memilih tracking mengitari Pulau yang hanya memiliki luas lebih kurang 50 hektar.
Dengan mengikuti jalan setapak yang sudah ada di sepanjang bibir pantai, aku mulai melempar pandang pada setiap tempat yang menarik, orang-orang disini sepi, tapi itu nilai plusnya karena bisa lebih leluasa bergaya jorok sambil poto-poto. Dermaga kayu, kapal terikat, gapura, bunga dan rerumputan liar, batu granit, sisa-sisa reruntuhan rumah, anak-anak perkampungan, hingga barang-barang bersejarah peninggalan penjajah jaman dahulu menjadi objek aksesoris galeri poto di kamera. Sepanjang menyisir di pulau kecil ini, sudah ada puskesmas, sekolahan, kantor pemerintahan setempat, yang kesemuanya sudah di landmark atas nama Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau...! Ya, sebagai warga Jambi, aku terhenyuk dan malu pada Paduka-ku... 😠😠😠
Setelah puas memanas dikesendirian perjalanan, aku kembali pada rombongan dan kita mulai menanti kedatangan sunset di sore yang malang. Benar, sangat malang... Bukan karena sore nya, tetapi karena timur tengah kami sedang meringis kelaparan sementara jam makan belum tiba. Awan yang mengetahui kemalangan kami, mencoba menghibur dengan menutup cahaya senja, ini adalah kompromi simalakama yang di satu sisi mempercepat kepulangan kami ke penginapan tapi di sisi yang lebih tragis, hanya satu kali ini kesempatan kami menikmati cahaya matahari yang terbenam. Sungguh, aku lebih memilih lapar daripada kehilangan kehangatan senja. Maka, dengan malu-malu awan membubarkan dirinya dari cahaya namun terlambat sudah, sang surya sudah jauh dimakan kegelapan.
Hari sudah mulai gelap. Bulan tiba lebih cepat. Kami pun tak mau melewatkan sajian masakan dari penginapan, nasi hangat, lalapan sayur, sambal telor, ikan laut, siap disantap mulut rakus kami semua. Hitungan detik, ludes tanpa ampun.
Setelah bebas dari kelaparan, kami menghanyutkan diri di club hiburan malam. Di area penginapan sudah berjejer barbar sederhana dengan sajian air kelapa, nyanyian dangdut plus karaoke semalam suntuk, meja perjudian ala-ala ikat karet di telinga, juga ada prosesi pembakaran api unggun. Tetapi paket perjalanan kami tidak termasuk semua fasilitas itu, akhirnya kami hanya berjalan di pinggir pantai menuju perkampungan warga. Ternyata, disana ada pesta rakyat untuk merayakan tujuh belasan, dan malam itu adalah puncak acara setelah diadakan turnamen olahraga antar RT. Maka terhentilah kami dengan hiburan karaoke warga, dengan sedikit lobi negosiasi, personel dangdut dari rombongan kami unjuk kebolehan dengan tempo false bergoyang durjana diikuti irama organ dan teriakan warga. Entah mereka suka atau menghina, tetap saja satu album habis dinyanyikan. Sambutan warga setempat sangat ramah, kami di bayar sepiring nasi goreng atas performance satu album dangdut. Kekenyangan seperti apa lagi yang kami dustakan... 😜😜 Kami pulang, kami kenyang, kami tidur dengan senang.
Keesokan pagi, sunrise tidak ada. Karena seperti biasa, jam karet tetap bekerja di tengah liburan yang membuat kami keluar penginapan saat matahari sudah meninggi. Rute hari ini adalah mengunjungi makam Datuk Paduka Berhala, penegak sejarah lahirnya Jambi, seorang Raja Kerajaan Melayu yang berasal dari tanah Arab, dan seorang ayah yang memiliki putra yang tangguh bernama Orang Kayo Hitam yang membuat Negeri Jambi kian disegani. Aaah, sejarah itu, mungkinkah berulang agar Jambi kembali berdiri gagah perkasa dengan kemampuan bukan dengan citra buruk korupsi...
Setelah menyelami masa lalu dalam ziarah ke makam Datuk Paduka Berhala, kami hunting spot-spot poto menarik. Sebenarnya spot ini sudah aku kunjungi di hari sebelumnya. Tetapi mengingat teman-teman yang lain belum menjelajah, aku pun ikut saja sambil mengulang memori hari itu. Dermaga kayu, kapal terikat, gapura, bunga dan rerumputan liar, batu granit, sisa-sisa reruntuhan rumah, anak-anak perkampungan, hingga barang-barang bersejarah peninggalan penjajah jaman dahulu menjadi objek aksesoris galeri poto di kamera. Sepanjang menyisir di pulau kecil ini, sudah ada puskesmas, sekolahan, kantor pemerintahan setempat, yang kesemuanya sudah di landmark atas nama Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau...! Ya, sebagai warga Jambi, aku terhenyuk dan malu pada Paduka-ku... 😠😠😠 (tulisannya juga di ulang 💨💨)
Hingga selesai sudah perjalanan dua hari semalam yang singkat tapi cukup untuk menikmati berhala jika saja sunset dan sunrise hadir sesuai agenda. Kami pun bertolak ke tanah Jambi dan tidur dalam goyang-goyang mobil travel.Aku mencuri Berhala pulang ke rumah.

Iklan: Ngebolang ini terlaksana berkat agen travel yang sudah menemani perjalan kami. 😝😝😝😝😝

2 komentar:

  1. terima kasih atas kunjungannya gan... jangan sampai bosan yaaa...

    BalasHapus
  2. Bro bagus apalgi di padatin sm masukin segi study nya dg cttn kaki

    BalasHapus